Telah kita ketahui sebelumnya bahwa dalam Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (UU No 43 Th 2007) menyebutkan bahwa
perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. “Library is the
growing organism” yang berarti perpustakaan adalah organisasi yang berkembang.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dituntut untuk
lebih aktif, dinamis, cepat, tepat dan akurat dalam segala hal baik dalam
pelayanan maupun penelusuran sumber informasi. Hal ini dilakukan agar keeksistensian perpustakaan dapat
dipertahankan di tengah maraknya penyedia informasi yang lebih canggih yang
menjadi kompetitor bagi perpustakaan Sehingga perpustakaan
harus memahami konsep teknologi yang bagaimana agar tetap berkembang dan tidak
di tingggalkan oleh penggunanya.Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin
pesat dan cepat perpustakaan kini telah menerapkan konsep perpustakaan yang
berbasis teknologi seperti library 2.0. Apa sih sebenarnya library 2.0? Library
2.0 adalah Menurut
Nugraha (2012:4), Library 2.0 adalah
model perpustakaan yang layanannya beriorientasi kepada user/patron, kolaborasi antara pustakawan-user, pustakawan-pustakawan dan melibatkan penerapan teknologi web
2.0 pada sistem informasi dan website perpustakaan. Dengan adanya konsep Library 2.0 ini akan mampu memenuhi
berbagai kebutuhan dari generasi – generasi yang mengakses perpustakaan.
Sebenarnya konsep library 2.0 sudah mulai ditinggalkan di dunia
internasional, jika kita mengintip konsep Perpustakaan terbaru yaitu konsep
library 3.0, konsep library 3.0 merupakan tranformasi lanjutan setelah konsep
library 2.0. Dengan tranformasi web yang akan berciri semantik serta ontologi
maka web juga berkembang menjadi Web.3.0. Kondisi inilah yang memungkinkan
pengembangan konsep Perpustakaan 3.0. Konsep terakhir ini nampaknya akan sangat
mempengaruhi cara kerja pustakawan dalam mendeskripsikan pustaka yang berupa
multimedia. Dan bagaimana aplikasi web 3.0 dalam perpustakkan ? Yang paling
menonjol adalah :
Semantic Web: web Semantic akan memberikan kita pilihan untuk
berbagi, bersatu, mencari dan mengatur informasi web dengan cara yang mudah. Layanan Opac yang di konsep one stop service. Virtual
Reference Service untuk melayani pengguna yang jauh dari perpustakaan. GeoTagging ini membantu
pengguna untuk menemukan informasi spesifik yang terletak di lokasi tertentu.
Ontologies adalah teknik untuk
memberikan hubungan semantik kaya antara istilah dan pikiran pengetahuan.
Ubiquitous contents konsep
ini mengarah pada berbagai bentuk informasi dapat diakses dimana saja tanpa
terbatas waktu dan dapat mengggunakan perangkat apa saja.
Pada
dasarnya ruang lingkup library 3.0 adalah untuk membangun hubungan semantik antara semua
isi web yang tersedia untuk memastikan aksesibilitas, kemampuan pencarian
yang cepat dan relevan, ketersediaan dan kegunaan. Pustakawan harus proaktif
terhadap
penggunaan alat dan teknologi terbaru untuk menciptakan sistem perpustakaan
virtual. Tetapi tujuan utama
pada dasar
tetap sama yakni informasi yang tepat
kepada pengguna yang tepat pada waktu yang tepat.
0 comments:
Posting Komentar