BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Globalisasi telah
melanda dunia dimana-mana yang selama ini mapan mudah berubah akibat tidak ada
batasan lagi antara ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut berubah
menjadi relevan dan subjektif. Semua yang berkaitan perilaku , budi pekerti,
akhlak dan moral tidak bisa dikatakan objektif, karena nilai yang dianggap
sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan
ini muncul yaitu suatu perilaku batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan
seni yang sangat tipis dan berpakaian yang ketat, minim merupakan bagian dari
pada seni yang saat ini telah merajalela menjadi sebuah nilai budaya atau
bagian dari seni yang umum untuk masyarakat khususnya remaja muda. Kita juga
sering mendengar berita-berita tentang banyaknya akhlak-akhlak para pemuda yang
rusak. Di lingkungan pelajar dan mahasiswa misalnya, sering kita dengar tawuran
antar pelajar, siswa-siswi yang tidak berakhlak, dan pergaulan bebas. Oleh
karena itu dibutuhkan penguat kembali berdasarkan Al-quran dan Al-Hadist.
Akhlak inilah berperan sebagai cermin pribadi seseorang apakah punya rasa malu,
muru’ah, amanah, jujur, adil, lemah, kasih sayang terhadap sesama, dermawan dan
ikhlas dalam bernuat, suka menolong dan lain sebagainya.
2. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah ini
antara lain :
a. Apa
hakikat akhlak pribadi ?
b. Apa
saja macam akhlak pribadi yang baik?
c. Apa
saja macam akhlak pribadi yang buruk ?
d. Bagaimana
contoh dalam penerapan akhlak pribadi dalam penerapan kesehariannya ?
3. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini selain sebagai salah satu tugas mata kuliah akhlak tasawuf yaitu
sebagai sumber informasi pula kepada pembaca, sehinggga pembaca dapat
mengetahui apa itu penegertian akhlak pribadi, macam akhlak pribadi baik itu
yang buruk maupun akhlak pribadi yang jelek serta contoh penerapan sseorang dalam
kehidupan sehari-hari sehingga di harapkan makalah ini setidaknya dapat
menyadarkan kita untuk memiliki akhlak kepribadian yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Akhlak
Pribadi.
Akhlak menurut kamus
Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. [1]
Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi
pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Akhlak pribadi terhadap
diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan
merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani.
2.
Macam Akhlak Pribadi.
Macam akhlak pribadi
pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan akhlak pribadi
yang buruk. Berikut ini macam akhlak pribadi yang baik:
A. Shidiq
Shidiq artinya benar
atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang
benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan
selelu bersih dari penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah
diucapkan dari mulut merupakan suatu kebenaran bukan kebathilan.
Rosulullah saw telah
memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq membawa
kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk
shidiq yaitu :
ü
Benar perkataan (
shidiq al hadist )
Orang ang selalu
berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh masyarakat, dan
sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan selamnya
tidak akan dipercaya seperti peribahasa “Sekali lancung keujian seumur hidup
orang tidak akan dipercaya”
ü Benar
pergaulan ( shidiq al mu’amalah )
Seorang muslim akan
selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat, dan tidak memalsu
sekalipun kepadakaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui pergaulan
dengan benar tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.
ü Benar
kemauan ( shidiq al-azam )
Seorang mukmin sebelum
dia memutuskan sesuatu tentu ia harus mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah terhdapa
apa yang dilakukan apakah akan mendatangkan mudhorot atau manfaat kepada orang
lain. Tetapi bukan berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik dari
orang lain.
ü Benar
Janji ( shidq al-wa’da )
Janji merupakan sebuah
hutang yang harus dilaksanaka. Apabilaseorang muslim berjanimaka ia akan selalu
menepatinya seklipun dengan musuh ataupun anak kecil. Karena mungkir janji
merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam hadist ( HR.
Hmad ). Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang menepati janji
dalam firmannya :
Artinya : “ Dan ceritakanlah ( Hai
Muhammad kepada mereka) kisah ismail ( yang tersebut) didalam Al-Quran.
Sesungguhnya ia adalah seseorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang
Rosul dan Nabi.” (Qs .maryam 19 : 45 )
ü Benar
kenyataan ( sidq al-bal )
Seorang muslim akan
menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu
kenyataan,tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula
mengada ada.
Lawan dari shidiq
adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidaksesuai dengan
kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela.seorang muslim
harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam
bentukpengkhianatan,mungkir janji, kesaksian, palsu, fitnah, gunjing, ataupun
bentuk bentuk lainnya. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari sifat
kebohongan :
ü Khianat
Sifat khianat merupakan
sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang karena sifat khianat dapat membawa
mudhorot kepada orang lain secara langsung. Kalau sifat ini telah berkembang
kedalam masyarakat maka lama-kelamaan masyarakat itu akan hancur. Allah tidak
menyukai orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya :
Artinya
: “ Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela ) orang-orang yang
menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berhianat lagi bergelimang dosa”
ü
Mungkir janji
Mungkir janiji atau
ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang munafik karena
sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji
menyebabkan waktuterbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong.
ü
Kesaksian palsu
Kesaksian palsu
termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan kemudhorotan yang besar
terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung akibat
baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.
ü
Fitnah
Pada dasarnya tujuan
dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama atau
menggagalkanusahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang
beriman sebelum mempercayai suatu berita di adakan suatu penyelidikan terlebih
dahulu. Hal ini terdapat dalam surat Al-Hujarat 49 : 6
ü
Gunjing
Sifat mengunjinag
adalah sifat sikap seseorang yang meiliki jiwa sakit, tidak ada keinginan dalam
hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang bermusuhan dan bertengkar.
Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti
memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata meawan gunjing
adalah dengan tidak mendengarkannya.[2]
B.
Amanah ( dipercaya )
Amanah dalam pengertian
sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam
bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan
rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik. Bentuk-bentuk amanah daoat
dikemukakan sebagai berikut :
ü
Memelihara titipan dan
mengembalikannya seperti semula.
Sekalipun dalam
penitipan tidak ada bukti atau transaksai tertulis dalam penitipan tersebut
maka seorang muslim akan mengembalikannya apa adanya. Hal ini terlihat contoh
pada barang berharga yang dititpkan karena akan bebergian jauh, maka pada
saatnya akan dikembalikan seperti semula
ü
Menjaga rahasia
Seorang muslim akan
dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga, organisaisi, dan
lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Misalnya : dalam sebuah
keluarga seorang suami isri harus dapat manjaga rahasia keluarga apalagi
rahasia dalam ranjang kecuali karena alasan medi ataupun hukum.
ü
Tidak menyalahgunakan
jabatan
Jabatan adalah suatu
amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib. Penyalahgunaan jabatan untuk
kepentingan person , baik keluarga, pribadi ataupun kelompok yang termasuk
perbuatan tercela yang melanggar amanah hukumnya haram. Misalnya seorang
baigian storage di sebuah perusahan membeli barang dan mendapatkan potongan
harga kepada penjual, dari sisa potongan harga tersebut dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka hukum komisi tersebut
adalah haram.
ü
Menunaikan kewajiban
dengan baik.
Semua tugas yang
diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib menjalankannya
karrena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.
ü
Memelihara nikmat yang
telah diberikan oleh Allah
Semua nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu amanah yang harus dijaga
dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat, harta benda dan
lain sebaginya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus digunakan
untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.
Lawan dari sifat Amanah adalah khianat. Khianat adalah
sifat munafik yang dibenci oleh Allah apalagi jika yang dikhianati adlah Allah
atau Rosulnya. Dalam firman Allah :
Artinya : “ Hai orang, orang yang
eriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul dan juga janganlah kamu
menghianatiamanh-amanahyang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahuinya.”
( Qs. Al anfal 8 : 27 )
C. ISTIQOMAH
Secara epistemologi
istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus.[3]
Daam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan
keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan
godaan. Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :
Artinya : “ Maka karna itu serulah (
mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 )
Iman
yang sempurna adalah iman yang mencakup
tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus
dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu
berjalan kepada yang lurus yang cepat alam menghntarkan tujuan. Hal ini
tercermin dalam perkataan dan
perbuatanya yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang
yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian dari Allah, dalam firmannya :
Artinya : “Apakah manusia tidak mengira bahwa mereka dibiarkan
saja mengatakan : “ kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak di uji lagi.” ( Qs.Al Ankabut 29: 4 )
Ujian dari Allah
tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termask kesenangan
juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi kedua
ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran,
hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan,
pujian, kesenangan. Itulah yang di pesankan oleh Rosulullah Saw kepada Sufyan
untuk selalu beristiqomah. Dalam Qs. Funshshilat 41 : 30 – 32 dijelaskan
beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang beristiqomah baik didunia
maupun di akhirat. Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah
adalah :
ü orang
yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun
orang yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalm
kehidupannya didunia karena akan dilindungi oleh Allah.
ü Akan
mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendaptkan kesuksesan dalam
kehidupan perjuangan di dunia.
Demikianlah sikap istiqomah memang
sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena tanpa sikap seperti itu seseorang
akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang ambing oleh
berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-baling di atas
bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.
D. IFFAH
Secara epistemologi, ‘iffah
adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh.
Secara terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala
hal yang akan merendahkan, merusak dan menjauhkanny.
Bentuk-bentuk iffah,
alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara lain ;
· Untuk
menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang
muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan
pakaiannya.tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan
tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada
perzinaan. Dalam firman allah artinya
“dan orang-orang yang tidak mampu kawin
hendaknya menjaga kesucian dirinya, sehingga allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)
· Untuk
menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam mengajarkan,
terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta minta.
Al-Qur’an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-orang
miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka.
Meminta minta adalah perbuatan yang
merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta seseorang lebih baik
mengerjakan apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal.
·
Untuk menjaga
kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada dirinya,
seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk
ketidakjujuran.sekali-kali jangan dia berkata bohong, mungkir janji, khianat,
dan laian sebagainya.
E. MUJAHADAH
Mujahadah berasal dari kata jahada
yang berarti mencurahkan segala kemampuan. Mujahadah adalah mencurahkan segala
kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghambat dalam melakukan
pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan melawan semua hambatan
tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-sungguh, usaha
inilah yang disebut mujahadah. Apabila
seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt., maka Allah berjanji
akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam hal
ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
”Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)
Secara terperinci objek mujahadah
ada 6 :
a.
Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk
melakukan kedurhakaan. Karena pada dasarnya manusiajuga diberi oleh Allah jiwa
yang mendorong manusia untuk melakukan kejahatan yang di dalam Alquran disebut
dengan nafsu ammarah bissuui.
b. Hawa nafsu yang
tidak terkendali sehingga seseorang melakukan apa saja untuk memenuhi hawa
nafsunya tanpa memperdulikan larangan Allah swt. dan tanpa memperdulikan dampak
bagi dirinya dan orang lain.
c. Syaitan. Mereka
selalu menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsu sehingga mereka lupa kepada
Allah swt.
d.
Kecintaan terhadap
dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada Akhirat, padahal
keberadaan manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual sampai
maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat datang. Kehidupan yang abadi
adalah kehidupan di akhirat.
e.
Orang-orang kafir
dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang yang beriman
kembali menjadi kufur.
f.
Para pelaku
kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari orang-orang yang mengaku beriman
sendiri, yang tidak hanya merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan
masyarakat.
F. SYAJA’AH
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada
kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Ukuran keberanian adalah
terletak pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Mengendalikan amarah adalah
salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam
Alquran dan Sunnah :
a.
Keberanian
menghadapi musuh dalam peperangan. Seorang muslim harus berani membela agamanya
hingga titik darah penghabisan dan mati syahid.
Contohnya yaitu ketika Rasulullah melakukan
perang Badar, dengan kekuatan personil 300 orangberani menghadapi musuh dengan
kekuatan 1000 personil dan ternyata Rasulullah dan para sahabat berhasil
mencapai kemenangan.
b.
Keberanian
menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus disampaikan sekalipun
mengandung resiko.
c.
Keberanian untuk
mengendalikan diri tatkala marah.
Menurut Raid Abdul Hadi, ada tujuh faktor yang
meyebabkan seseorang memiliki keberanian.
a.
Rasa takut kepada
Allah swt.
Takut kepada Allah swt membuat orang tidak
takut kepada siapapun selama dia yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam
rangka menjalankan perintah Allah swt. Allah berfirman :
Artinya :
(yaitu)
orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah
Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (Q.S.AL-Ahzab:39)
b. Lebih mencintai
akhirat daripada dunia
Akhirat merupakan
tujuan akhir dari setiap kehidupan manusia, dunia hanyalah jembatan menuju
akhirat. Karena manusia tidak akan ragu untuk meninggalkan dunia yang fana ini
asalkan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
c. Tidak takut mati
Kematian merupakan
sesuatu yang sudah pasti bagi makhluk hidup. Ketika ajal sudah datang maka
tidak ada yang bisa mencegahnya.bagi seorang pejuang agama, kematian merupakan
sesuatu yang didambakan. Semangat itulah yang menyebabkan para pejuang memiliki
keberanian luar biasa.
d. Tidak ragu-ragu
Yang menyebabkan
manusia memiliki rasa takut adalah rasa keragu-raguan. Ketika seseorang sedang
ragu akan kebenaran yang ia miliki, maka ia akan takut menghadapi resiko yang
ada, begitu juga sebaliknya.
e. Tawakal dan yakin
akan pertolongan Allah
f. Hasil pendidkan atau
pembiasaan
g. Tidak menomorsatukan
kekuatan materi
Lawan dari Syaja’ah adalah penakut (jubun). Penakut merupakan sifat
yang tercela.
G. TAWADLU
Merendahkan diri (tawadlu) adalah
sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh
makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa
bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri
dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena
Allah.
Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau
sombong yaitu suka meremehkan orang lain.
H. MALU
Malu
(al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau
tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak
patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah.
Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang
tanpa ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam.
Sifat
malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :
1.
Malu kepada Allah ;
seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan perintah-Nya,
tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak mengikuti petunjuknya.
2.
Malu kepada diri
sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu terhadap
dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan pernuatan salah sekalipun tidak ada orang
lain yang melihat atau mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya
sendiri.
3.
Malu kepada orang lain
; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu yang
merugikan orang lain.
Malu
adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin teballah
rasa malunya, demikian pula sebaliknya.
Rasulullah
Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking pemalunya maka
diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat malu ini
dimiliki Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak sebaya beliau
kala itu saling berebut makanan maka beliau malu melakukannya, jika pakaiannya
tersingkap dan menampakkan auratnya maka beliau akan segera bersembunyi karena
malu. Jika hendak membuang air maka diriwayatkan beliau menjauh atau pergi
hingga tak seorangpun melihatnya. Karena sifat pemalu ini beliau apabila
melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah dari roman mukanya, dan
beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang kurang baik.
Bahkan dalam hubungan suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan,
dalam hadits yang diriwayatkan At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah
RA , ummul mukminin, berkata “ Aku sekali kali belum pernah melihat kemaluan
Rasulullah SAW “ ( dalam riwayat lain ada ditambahkan “ Dan beliau pun tidak
pernah melihat daripadaku “ ) sedangkan yang diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy
dari Ummu Salamah RA “ Adalah Rasulullah SAW itu apabila mendatangi seseorang
dari istrinya beliau memejamkan kedua matanya dan menutupi kepalanya “. Dua
hadits ini sangat menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri
sebenarnya halal hukumnya meski terlihat auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.
Akibat Hilangnya Malu
Rasa
malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan
bebas melakukan apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Dia akan menjadi
manusia lepas kendali yang merasa bebas melakukan apa saja, tanpa
mempertimbangkan halal haram, baik buruk dan manfaat mudharat perbuatannya
tersebut. Dia akan melakukan apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya. Segala
macam cara dia halalkan untuk mencapai
tujuannya.
Malu,
amanah, rahmah dan Islam adalah empat hal yang saling berkait. Konsekuensi
logis dari hilangnya malu adalah hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan
hilanglah rahmah, dan bila rahmah hilang, hilanglah Islam. Pada akhirnya orang
yang tidak punya rasa malu akan mengalami kehancuran dan kebinasaan. Dan kalu
sifat malu itu juga hilang dari masyarakat, maka masyarakat itupun akan
mengalami kehancuran dan kebinasaan.
I.
SABAR
Secara
etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs
wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu
tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang disenangi misalnya segala
kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.
Macam
– macam sabar
Menurut
Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-Qur’an, sabar dapat dibagi
kepada enam macam :
1.
Sabar menerima cobaan
hidup
2.
Sabar dari keinginan
hawa nafsu
3.
Sabar dalam taat kepada
Allah swt.
4.
Sabar dalam berdakwah
5.
Sabar dalm perang
6.
Sabar dalam pergaulan
Keutamaan Sabar
Sifat
sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat
sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan
keyakinan (QS. As-Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS.
An-Nahl 16:41-42), dan taqwa (QS. Ali ‘Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar
akan menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat diperlukan untuk
mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Dalam
sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir
(non muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi
sendiri tidak pernah marah karena beliau tahu bahwa orang yang sering
meludahinya adalah orang yang belum tahu akan islam dan belum mendapatkan
hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering meludahi nabi
muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi
muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis
dan langsung memeluk islam.
Jaza’u
Lawan
dari sifat sabar adalah al-jaza’u yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas dan putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat
yang tercela. Orang yang dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan
mengalami kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan
perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan juga cepat lupa diri.
J. PEMAAF
Pemaaf
adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat
pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara etimologis berarti
kelebihan atau yang berlebih.
Islam
mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus
menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah
menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia
mengalami hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali
itulah salah satu hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf
sebelum dimintai maaf.
Suatu
teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab bernama
Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan
hendak membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan
tali. Rasulullah yang mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya
makan dan melepaskannya. Umar yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia
ingin membunuhnya. Namun Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah
untuk mengucap kata “Laa ilaha illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi.
Keesokan harinya dia datang kepada Rasulullah dan mengucap kata “Laa ilaha
illallah”, sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap Rasulullah yang
pemaaf dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya, yang
pada akhirnya membuahkan hasil yangbermanfaat.
Lapang Dada
Tindakan
meminta maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada. Berlapang dada
dalam bahasa Arab disebut dengan ash-shafhu yang secara etimologis
berarti lapang. Halaman pada sebuah buku dinamai shafhah karena
kelapangan dan keluasannya. Dari sini ash-shafhu dapat diartikan
kelapangan dada.
Ibarat
menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu akan
dihapus dengan alat penghapus dengan alat penghapus. Tapi serapi-rapi menghapus
tentu akan meninggalkan bekas, bahkan barangkali kertas tersebut menjadi kusut.
Supaya lebih baik dan rrapi, sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran
baru. Menghapus kesalahan itulah yang disebut dengan memaafkan, sedangkan
berlapang dada adalah menukar lembaran yang salah dengan lembaran yang baru.
Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran baru hingga
sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang
telah dihapus kesalahannya.
Dendam
Lawan
dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati
dan menunggu kesempatan untuk membalas. Seorang yang pendendam tidak akan mau
memaafkan kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut meminta maaf kepadanya.
Baginya, tidak ada maaf sebelum dia dapat kesempatan membalaskan sakit hatinya.
Orang yang enggan member maaf pada hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari
Allah swt.
Sifat
pendendam tidak hanya merusak pergaulan bermasyarakat tapi jiga merugikan
dirinya sendiri. Energi akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk
melampiaskan dendamnya.
Andaikata
seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang lain yang
menyakiti atau menyinggung perasaannya, dia boleh menghindar untuk menenangkan
dan menguasai nafsu marahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga
hari tersebut dianggap sudah cukup untuk meredakan kemarahan. Setelah itu dia
wajib kembali menyambung tali persaudaraan dan persahabatan sesama Muslim.
3.
Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Akhlak Seseorang.
Akhlak Pribadi seseorang tidaklah
selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak seseorang itu ada dua macam yaitu
akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi seseorang yang baik
kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang yang kurang kuat dan
terpengaruh oleh beberapa faktor dari luar diantaranya :
a.
Faktor Lingkungan
Jika kita hidup dalam lingkunga yang
bukan kaum muslim, yang keseharianya masyarakatnya berbuat maksiat, maka
seseorang terkadang imannya akan goyah. Oleh karena itu iman yang kuat
dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih
lingkungan.
b. Faktor
teman
Teman dapat
mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya “ jika kita dekat dengan penjual
parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau maka
kita akan bau tembakau “ jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak
seseorang. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak
kita tidak terpengaruh kepada orang lain. Tentunya akhlak yang tidak baik.
c. Faktor
intern
Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapan yang termasuk dalam faktor intern adalah sebagai berikut : Gharizah atau naluri (instink) Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin gharizah adalah suatup embawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa yangdi kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akandi perbuatnya untuk mengerjakan perbuatan ini.
Oleh karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang
terbentuk baik diantaranya sebagai berikut
:
a.
Akidah (Keyakinan) Yang Benar
b.
Berdo’a kepada Allah SWT
c.
Mujahadah (Perjuangan)
d.
Muhasabah (Intropeksi Diri )
e.
Tafakkur (Merenung) Dampak positif
dari Akhlak Mulia
f.
Melihat dampak negatif dari akhlak
tercela
g.
Jangan Pernah Berputus asa
h.
Bercita – cita yang Tinggi
i.
Berpaling dari orang-orang yang
bodoh (Jahil)
j.
Terbuka dengan Kritikan dan Saran
k.
Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulia
l.
Membaca Buku-buku tentang akhlak
BAB III
PENUTUP
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri
meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak,
meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara
rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang
baik dan akhlak pribadi yang buruk. Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq,
iffah, amanah, mujahadah, istiqomah, saj’ah, tawadhu, malu, dan lain
sebagainya. Akhlak pribadi yang buruk misalnya suka berbohong, berkhianat,
pantang menyerah tidak tau mali dan lain sebagainya.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain, faktor intern yaitu
faktor yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari
luar baik dari keluarga, kelpompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu
agar sifat pribadi seseorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk
baik diantaranya sebagai berikut : Akidah (Keyakinan)
Yang Benar, Berdo’a
kepada Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri ), Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari akhlak tercela , Jangan Pernah Berputus asa, Bercita – cita
yang Tinggi, Berpaling
dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya
[1] Luis Ma’uLuf, kamus al-Munajid, al-maktabah al-katulikiyah, beitut,
t.t hlm. 194.
[2] Baca, Raid ‘Abdul Hadi, Mamarat al-Haq jilid IIIB, Hlm. 146-147
[3] Al-Munjid Fi al-lughah wa al-i’lam (Beirut : Dar asy-Syuruq,
1986 ), hlm. 663
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Yunahar, 2009. “ Kurnia
Akhlak”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.
Asmaran, 1992. “Pengantar Studi Akhlak”. Jakarta :
Rajawali Citra Pers
Darma. 2010. Akhalak pribadi. http://dafiyoe.blogspot.com/2010/11/akhlak-pribadi.html
di akses pada tanggal 20 Maret 2012 pada jam 21.00
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab5-akhlak.pdf
di akses pada tanggal 25 Maret 2012 pada jam 15.00
coba upload materinya pake media scribd, lebih menghemat tampilan.
BalasHapuskunjung dan follback ya http://maulanaarifhidayat.blogspot.com/
makaish infonya okee aku coba heheh
BalasHapusAkhlak karimah Sama akhlak pribadi Sama atau tidak
BalasHapus